Salah satu tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi adalah kapulaga (Elletria cardamomum). Selain banyak manfaatnya untuk kesehatan, tanaman rempah ini juga digunakan untuk penyedap rasa pada makanan dan minuman.
Jenis tanaman kapulaga yang banyak ditanam di Indonesia adalah Amomum compactum (kapulaga Jawa) dan Elettaria cardamomun (kapulaga india atau kapulaga sabrang). Kapulaga Jawa berwarna merah dan berbentuk bulat. Sedangkan kapulaga India berwarna kehijauan, dengan tekstur berserat dan berbentuk lonjong.
Budidaya kapulaga relatif mudah. Tapi tentu saja kita harus memahami syarat tumbuh dan mengerti bagaimana cara memilih bibit yang bagus dan mengolah tanahnya. Selain itu juga mempelajari tentang cara menanam dan memeliharanya, seperti pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit.
Dalam buku “Budidaya Tanaman Obat Keluarga (Toga)” yang diterbitkan BPTP Lampung tahun 2012, dalam membudidayakan tanaman ini tidak butuh lahan tersendiri. Karena kapulaga tumbuh di bawah naungan tanaman lain, sebagai tanaman sela atau tanaman tumpangsari.
Dalam bab yang khusus mengenai budidaya kapulaga, dalam buku tersebut juga dijelaskan tentang syarat tumbuh hingga pemanenan.
Syarat Tumbuh
- Kapulaga bisa tumbuh di tanah lempung yang berwarna coklat, memiliki humus tebal dan berdrainase baik, dengan topografi rata hingga miring.
- Kelembaban udara cukup tinggi yaitu 40 – 75%, dengan curah hujan berkisar antara 2.500 – 4000 milimeter per tahun. Suhu harian rata-rata berkisar antara 20 – 30 derajat celcius, dengan intensitas berkisar 30 – 70%.
- Kapulaga tumbuh baik pada dataran rendah, dengan ketinggian optimum 300 – 500 meter dari permukaan air laut
Persiapan Bibit
- Bibit umumnya diperbanyak dengan anakan atau tunas baru, bisa juga dengan percabangan rizoma yang membentuk tunas.
- Bibit yang baik adalah tunas yang tingginya lebih kurang 50 cm, dengan akar rizoma muda dan mata tunasnya banyak. Rizoma yang sudah tua pertumbuhannya kurang baik.
Pengolahan Tanah
- Olah tanah dilakukan pada bulan September – Oktober dengan membersihkan tanah dari batu, rumput/gulma dan sisa tanaman lainnya.
- Pencangkulan tanah dilakukan sedalam kurang lebih 30 cm.
- Persiapan lobang tanam dilakukan sebulan sebelum penanaman. Lobang tanam dibuat dengan ukuran panjang 50 cm dan dalam 40 cm.
- 15 hari setelah pembuatan lobang, tanah yang sudah dicampur dengan pupuk organik dikembalikan lagi ke dalam lobang.
Penanaman
- Waktu tanam sekitar bulan Oktober – Desember.
- Penanaman dilakukan di bawah tanaman penaung.
- Jenis tanaman penaung diantaranya adalah lamtoro atau dadap, dengan perbandingan 1 : 2 (1 penaung – 2 kapulaga).
- Tanam bibit sedalam 10 – 15 cm ke dalam lobang tanam yang sudah diberi urugan tanah dengan campuran pupuk organik.
- Tanah di sekitarnya dipadatkan atau ditimbun dengan memperhatikan tunas agar tidak sampai terganggu (terluka atau patah).
- Jarak tanam 1m x 1,5m atau 1m x 2m atau 1,5 m x 2m.
Pemeliharaan
- Lakukan pengendalian gulma dan penggemburan di luar rumpun untuk merangsang perumbuhan anakan rimpang, sehingga bisa tumbuh lebih baik.
- Pemotongan daun kering untuk tidak menghalangi penyerbukan bunga.
- Pemotongan batang yang sudahagak tua atau menguning, untuk memberi kesempatan batang muda tumbuh dengan baik.
- Anakan yang tumbuh diatur agar tidak tumpang tindih. Selain merangsang pertumbuhan bunga atau buah, hal tersebut bertujuan untuk mengurangi penguapan pada musim kemarau. Selain itu juga untuk mendapatkan anakan atau bibit baru.
- Pemberian mulsa berupa bahan organik dari jenis tanaman leguminosa.
- Pemupukan:
- Pemupukan dengan pupuk organik dan pupuk nonorganik.
- Jumlah pupuk yang diberikan adalah berdasarkan masa pertumbuhan TBM (Tanaman Belum Menghasilkan).
- Pupuk organik diberikan pada saat pengolahan tanah, dan pada saat penggemburan diluar rumpun sebanyak 1 – 1,5 kg, pemupukan berikutnya setiap 3 bulan sekali.
- Sedangkan untuk pupuk nonorganik diberikan pada saat umur 1 bulan, sebanyak 1 sendok makan pupuk urea (10-12,5 gram).
- Pemberian pupuk urea diulang pada umur 3 bulan sebanyak 1 sendok makan, disebar diluar rumpun.
- Bagi tanaman kapulaga yang sudah menghasilkan, pupuk kandang diberikan sebanyak 10 – 15 kg setiap rumpun. Pemberian selanjutnya disesuaikan dengan kondisi tanaman dan lingkungan.
7. Pengendalian hama dan penyakit:
- Hama yang biasa menyerang kapulaga adalah kutu, ulat pemakan daun, penggerek akar rimpang, penggerek batang, penggerek buah dan kumbang pamakan daun.
- Pengendaliannya bisa dilakukan dengan mempergunakan berbagai insektisida yang dijual di kios pertanian.
- Penyakit yang menyerang biasanya penyakit busuk (Mozaik) yang disebabkan oleh virus. Pengendalian yang efektif, dengan jalan membuang tanaman yang terserang dan menanam tanaman baru yang berasal dari pembibitan asal biji.
Panen
- Pemanenan dilakukan setelah kapulaga berumur 2 hingga 3 tahun, dan selanjutnya berbuah sepanjang tahun.
- Dalam pemanenan kapulaga, dikenal istilah panen besar 4 kali dan panen kecil 4 kali yang berlangsung dalam 1 tahun secara berselang-seling.
- Tanaman masih produktif hingga umur 10 – 15 tahun. Hasil panen per hektar bisa mencapai 2 – 3 ton buah kering per tahun, tapi ini berlaku untuk tanaman yang sudah berumur belasan tahun.
- Buah harus dipanen sebelum benar-benar matang, bila dipanen terlalu matang atau kering, buah akan pecah dan warnanya juga kurang bagus.
- Waktu panen yang tepat adalah jika buah sudah berwarna hijau kekuning-kuningan, dengan memotong karangan bunga dibawah dompolan buah.
- Buah yang sudah dipanen dijemur sampai kering. Dalam melakukan penjemuran, sebaiknya jangan terkena sinar matahari langsung
- boleh di share
Tidak ada komentar:
Posting Komentar